Mengenal Jazz Bebop

BEBOP


Bebop adalah nama yang ganjil untuk sebuah musik. Akan terlihat lebih aneh lagi jika dilihat dalam kilas balik, karena kini bebop tidak terlihat terlalu menggelikan, janggal, atau kacau (tuduhan- tuduhan pada masa lalu), namun diam-diam menjadi formal dan hampir seserius musik kamar. Itulah musik yang berasal dari masa Perang Dunia Il, dan walaupun beberapa pemain kuncinya tidak pernah ikut wajib militer, musisi yang tidak ikut perang juga mengalami gejolak dan perubahan dalam bentuk pemogokan, ketidakadilan segregasi, diskriminasi, dan kesenjangan ekonomi. (Menurut Langston Hughes, bebop mengingatkannya pada suara tongkat polisi yang menghantam kepala orang kulit hitam.) Banyak musisi kulit hitam yang pertama kali memainkan bebop adalah migran dari daerah South dan Southwest, kemampuan musik mereka berkembang dalam kerangka aktivitas intelektual dan pemikiran politik lokal, dan mereka sering berhadapan dengan seniman/bohemian bermuka dua sekaligus parodi peran tersebut. Dizzy Gillespie kadang- kadang muncul dengan dasi kupu-kupu besar ala Boheme dengan baret, jenggot kambing, dan kacamata berbingkai tanduk (dengan lensa normal), serta berbicara dengan kosakata gaul. Walaupun Gillespie membuat tersinggung sebagian orang (Ralph Ellison, dan bahkan Charlie Parker dari waktu ke waktu), dia tetap melanjutkan tradisi artis pertunjukan/penghibur yang telah dikuasai Louis Armstrong tersebut, dan seperti I Armstrong, banyak orang menyukainya, bahkan mereka yang tidak begitu mengerti apa yang ia mainkan.Bagi penggemar non-jazz atau pemuja swing. 

bebop adalah penghinaan musikal, provokasi yang disengaja, dan suatu skandaL Di luar sebagian kecil kalangan di beberapa kota penting, sebagian besar orang yang telah mendengarnya menganggap bebop sebagai proyek sampingan misterius dari sekelompok musisi muda yang aneh. "Revolusioner","inovatif',atau "modern" adalah sebutan yang diberikan para penggemar di awal kemunculannya. Bop, jika ditinjau, memang merupakan gaya jazz yang paling unik dan sangat berbeda. Tapi, perkembangannya terjadi die tengah salah satu larangan rekaman terlama yang diakibatkan pemogokan American Federation of Musicians; dan absennya musik baru di dunia rekaman membuat transisi dari swing ke bebop tampak tidak begitu mulus daripada yang seharusnya. Band bebop adalah unit-unit kecil—disebut kombo—tapi tak seperti band rhythm and blues yang sangat mirip dengan mereka dan sering berbagi personel, band bebop bukanlah big band yang dipereteli dengan trompet dan saksofon yang mewakili seluruh brass dan reed section, Bagian-bagian kombo bebop diorganisasi secara berbeda, dan sering kali memainkan satu nada secara bersamaan. 

Tujuannya tidak hanya untuk bermain di pertunjukan kelab-kelab malam atau mengiringi para penari, dan tentu saja bukan untuk bermain di pasar lagu pop. Suatu kasus mengenai swing dan bebop memiliki lebih banyak kesamaan dibanding dua pasang gaya jazz lain dapat ditunjukkan. Bahkan, dalam periode ini orang bisa mendengar beberapa jawara dari tiap gaya musik bermain bersama dengan nyaman. Pada "Get Happy" Red Norvo tahun 1945, master-master swing seperti Norvo, Slam Stewart, dan Teddy Wilson berkolaborasi dengan mudah bersama pengusung bebop seperti Dizzy Gillespie dan Charlie Parker. Pada "Slim's Jam" Slim Gaillard (1945), pemain rhythm and blues, yaitu Gaillard dan Jack McVea, bermain bersama drumer New Orleans Zutty Singleton serta Parker, Gillespie, serta pianis bebop Dodo Marmarosa. Namun, pada akhir 1930an dan pada awal 1940an swing menjadi musik yang monoton. 

bahkan mudah ditebak. Eksperimen formal Jelly Roll Morton, kreasi tanpa henti dari permainan solo Louis Armstrong, tempo big band muda yang liar dan cepat, semua itu berada dalam proses perumusan dan standardisasi seiring konsolidasi inovasi dari dua puluh atau tiga puluh tahun pertama jazz. Swing bukan lagi musik etnik, apalagi musik yang dikultuskan: dalam proses menjadi musik pop Amerika, swing terancam menjadi musik yang tujuan utamanya adalah mengulang sukses dan menyenangkan para pendengar. Fakta bahwa di AS masih berlaku segregasi berdasarkan ras membuat sebagian besar penduduknya tidak mendengar apa yang dilakukan band dan penyanyi kulit hitam sampai mereka beralih ke hal lain, kemunduran budaya yang terjadi lebih lama daripada seharusnya. Ketika pemain yang lebih muda muncul pada tahun-tahun Perang Dunia Il, mereka mulai bermain-main dengan lagu pop, terkadang mempertahankan struktur harmoni lama dan meletakkan melodi baru di atasnya, atau melakukan parafrasa radikal terhadap lagu-lagu lama, dan pada kesempatan lain memberi variasi pada struktur harmoni lama. Menu wajib lama seperti "Sweet Georgia Brown" (yang kemudian menjadi lagu tema Harlem Globetrotters) dapat diubah menjadi karya start-and-stop yang mengalir seperti "Hollywood Stam pede" gubahan Coleman Hawkins tahun 1943; dan bertahun-tahun kemudian, dipereteli sampai habis dalam karya Thelonious Monk "Bright Mississippi" (1964). Namun, alih-alih mengikuti pengucapan frasa yang ditetapkan penyanyi pop atau melodi riff swing (fragmen satu atau dua birama yang ditempatkan secara merata dan simetris seperti "In the Mood" Glenn Miller atau "Stomping at the Savoy" Benny Goodman), frasa melodi bebop lebih panjang dan tidak begitu repetitif, namun sekaligus tidak terstruktUT dan tidak teratur. Melodi lagu Dizzy Gillespie "Anthropology" yang direkam tahun 1946 (berdasarkan struktur harmonis George Gershwin "I Got Rhythm"), misalnya, dibuat hingga mencapai lima frasa, tiap frasa berbeda panjangnya dan dimulai pada ketukan yang berbedaj laupun tetap dalam bentuk lagu konvensional AABA. 

Okke Segitu dulu ya teman teman, nanti saya akan coba lanjutkan lagi cerita tentang Bebop nya. Penulis menuliskan cerita bebop di atas Berdasarkan dari buku – buku yang pernah penulisa baca

Subscribe to receive free email updates: